Selama 13 tahun memimpin Madinah,
Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam melakukan upaya-upaya diplomatik
kepada sejumlah raja, tokoh agama dan suku di berbagai belahan jazirah
Arab hingga ke Afrika, Romawi dan Persia. Langkah dakwah itu dilakukan
Rasulullah dengan mengirim surat seruan Tauhid melalui utusan
sahabat-sahabatnya. Dalam sejarah, tercatat sekitar 43 surat yang
ditulis langsung Rasulullah saw berisi seruan tauhid kepada para raja,
tokoh agama dan kepala suku.
Berikut beberapa surat yang dikirimkan oleh Nabi Muhammad saw kepada 5
pemimpin negara dan suku bangsa, seperti yang dikutip dari buku “Rasail An-Nabi ila Al-Muluk wa Al-Umara wa Al-Qabail” karya Khalid Sayid Ali, di dalam buku ‘Jejak Nabi Muhammad dan Para Sahabat’,1. Surat kepada Raja Najasyi @ Negus – Habsyah (Ethiopia)
Isi surat
“Bismillahirrahmannirrahim.
Dari Muhammad Rasulullah, salam kepada Najasyi, pembesar Habasyah.
Salam kepada siapa yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.
Sesungguhnya aku bertauhid kepada
yang tiada Tuhan kecuali Dia, Yang Maharaja yang Maha Suci, Yang Maha
Pemberi Keselamatan, Yang Maha Pemberi Keamanan, Yang Maha Pelindung.
Dan aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam (tiupan) roh dari Allah (yang
terjadi) dengan kalimat-Nya (yang disampaikannya) kepada Maryam yang
perawan, yang baik dan menjaga diri (suci) lalu mengandung (bayi) Isa
dari wahyu dan tiupan-Nya sebagaimana menciptakan Adam dengan
tangan-Nya.
Aku mengajak engkau kepada Allah
yang Esa, tidak mempersekutukan sesuatu bagi-Nya dan taat patuh
kepada-Nya dan mengikuti aku dan meyakini (ajaran) yang datang
kepadaku.
Sesungguhnya aku utusan Allah. Dan
aku mengajak engkau dan tentaramu kepada Allah Yang Maha Perkasa dan
Agung. Aku telah menyampaikan dan telah aku nasihatkan; maka terimalah
nasihatku. Salam bagi yang mengikuti petunjuk ini.”. [Zaadul Ma'ad 3/61].
Kisahnya
Ketika Rasulullah s.a.w menulis surat
kepada Raja Najasyi yakni Ashhamah bin Al-Abjar dan menyerunya kepada
Islam. Raja An-Najasyi mengambil surat itu, lalu meletakkan ke wajahnya
dan turun dari singgasana. Beliau pun masuk Islam melalui Ja’far bin
Abi Thalib r.a.
Beliau lalu mengirimkan surat kepada
Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam dan menyebutkan tentang
keislamannya. Raja Najasyi akhirnya meninggal dunia pada bulan Rajab
tahun ke-9 Hijriyyah. Rasulullah memberitakan hal itu pada hari wafatnya
lalu melakukan shalat ghaib untuknya. Beliau juga mengabarkan bahwa
Raja Najasyi kelak akan masuk syurga.
2 – Surat kepada Raja Al-Muqawqis @ Binyamin – Mesir (Egypt)
Isi surat
“Bismillahirrahmannirrahim. Dari
Muhammad hamba Allah dan Rasulullah. Kepada Muqauqis Peguasa Qibthi.
Salam sejahtera kepada yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.
Aku mengajak Anda dengan dakwah
Islam. Anutlah agama Islam dan Anda selamat. Allah akan memberimu pahala
dua kali lipat. Tetapi apabila Anda berpaling, Anda akan memikul dosa
kaum Qibthi. Wahai Ahli kitab, marilah menuju ke suatu kalimat ketetapan
yang tidak terdapat suatu perselisihan di antara kita, bahwa kita tidak
menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu
pun. Tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
Tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada
mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri
kepada Allah (muslimin).”
Kisahnya
Nabi mengirimkan sahabatnya, Hatsib bin
Abu Balta’ah untuk menyampaikan surat kepada Muqauqis. Diriwayatkan
pula, Nabi juga mengutus seorang budak yang telah dimerdekakan dan
menjadi anak angkat sahabat Abu Raha Al-Ghifari, yang bernama Jira untuk
menemani Hatsib.
Hatsib menemui Muqauqis di balai istana di Iskandaria
Setelah al-Muqawqis membaca surat Nabi
saw, dia membalas surat baginda dan memberi kepada baginda dua hadiah.
Hadiah pertama berupa dua budak belian bernama Mariah binti Syamu’n
al-Qibthiyyah yang dimerdekakan Nabi s.a.w dan menjadi isteri beliau,
darinya Rasulullah s.a.w mendapat seorang anak yang diberi nama Ibrahim
(wafat semasih kecil), nama ini diambil dari nama moyang beliau Nabi
Ibrahim a.s. Dan hamba kedua adiknya sendiri iaitu Sirin binti Syamu’n
Al-Qibthiyyah. Hadiah kedua pula berupa kuda untuk tunggangan baginda.
3. Surat kepada Raja Khosrau II @ Chosroes – Parsi (Persia)
Isi surat
“Bismillahirrahmanirrahim. Dari
Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya. Kepada Kisra penguasa rakyat Persia.
Salam sejahtera bagi yang mengikuti petunjuk dan beriman kepada Allah
SWT dan Rasul-Nya. Aku bersaksi behawa tiada Tuhan kecuali Allah yang
Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Aku mengajak dengan seruan Allah.
Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada seluruh umat manusia
supaya dapat memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup hatinya
dan supaya ketetapan azab kepada orang-orang kafir itu pasti. Masuklah
Anda ke dalam Islam, niscaya akan selamat. Jika kamu menolak,
sesungguhnya kamu memikul dosa kaum Majusi.”
Kisahnya
Ketika Rasulullah s.a.w mengutus sahabatnya Abdullah bin Hudzaifah As-Sahmi yang sering berkunjung ke Kisra mengirim surat kepada Raja Khosrau II @ Abrawaiz
yaitu raja dari Negeri Persia dan menyerunya kepada Islam. Namun ketika
surat itu dibacakan oleh Raja itu, dia pun merobeknya sambil berkata,
”Hamba rendahan dari rakyatku menuliskan namanya mendahuluiku.”
Ketika berita tersebut sampai kepada Rasulullah s.a.w, baginda pun mengatakan, ”Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.”
Doa tersebut dikabulkan. Persia akhirnya
kalah dalam perang menghadapi Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan.
Kemudian dia pun digulingkan oleh anaknya sendiri yakni Syirawaih. Dia
dibunuh dan dirampas kekuasaannya.
Seterusnya kerajaan itu kian
terobek-robek dan hancur sampai akhirnya ditakluki oleh pasukan Islam
pada zaman Khalifah Umar bin Al-Khaththab r.a hingga tidak dapat lagi
berdiri.
4. Surat kepada Raja Heraklius @ Hercules – Romawi (Byzantines / Rome)
Isi surat
“Bismillahirrahmannirrahhim. Dari
Muhammad, hamba dan utusan Allah kepada Heraklius penguasa Romawi. Salam
sejahtera bagi siapapun yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.
Dengan ini, aku menyerumu
untuk memeluk Islam. Masuk Islamlah, maka Allah akan mengganjarmu dengan
pahala dua kali lipat. Akan tetapi, jika engkau menolak, engkau harus
menanggung dosa orang-orang Arisi. Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang)
kepada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami
dan kamu, bahwa tidak ada yang kita sembah kecuali Allah, dan kita
tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.
Sebagian kita tidak pula menjadikan
tuhan selain Dia. Jika mereka berpaling, katakanlah kepada mereka,
‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah).”
“Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah
(berpegang) kepada suatu kalimah (ketetapan) yang tidak ada perselisihan
antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak
kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian
kita menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahawa
kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Surah Aali-Imran : 64) [Sahih Al-Bukhari 1/4,5]
Kisahnya
Dari Ibnu ‘Abbas .a. katanya Abu Sufyan
mengisahkan kepadanya dari mulut Abu Sufyan sendiri cerita berikut:
“Pada masa berlangsungnya perjanjian Damai antaraku dengan Rasulullah
s.a.w., aku pergi berniaga ke Syam. Ketika itu aku sedang berada di
sana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah s.a.w kepada
Kaisar Heraklius (Hercules), penguasa Rumawi.
Orang yang membawa surat itu adalah
Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah.
Selanjutnya, Penguasa Basrah menyerahkan kepada Hiraklius. Hiraklius
lalu bertanya: Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang
mengaku sebagai nabi ini?
Mereka menjawab: Ya! Maka aku pun
dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah kami
menghadap Hiraklius. Setelah mempersilahkan kami duduk di hadapannya,
Hiraklius bertanya : Siapakah di antara
kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku
sebagai nabi ini? Abu Sufyan berkata : Lalu aku menjawab: Aku.
Kemudian aku dipersilakan duduk lebih
dekat lagi ke hadapannya sementara teman-temanku yang lain dipersilakan
duduk di belakangku. Kemudian Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan
berkata kepadanya : Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan
kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia
berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta.
Abu Sufyan berkata : Demi Allah,
seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan
berdusta. Lalu Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Tanyakan
kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu
sekalian?
Aku menjawab : Di kalangan kami, dia
adalah seorang yang bernasab baik. Dia bertanya: Apakah ada di antara
nenek-moyangnya yang menjadi raja?
Aku menjawab : Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab : Tidak.
Aku menjawab : Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab : Tidak.
Dia bertanya : Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?
Aku menjawab : Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?
Aku menjawab : Bahkan mereka semakin bertambah.
Aku menjawab : Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?
Aku menjawab : Bahkan mereka semakin bertambah.
Dia bertanya : Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?
Aku menjawab : Tidak.
Dia bertanya : Apakah kamu sekalian memeranginya?
Aku menjawab : Ya.
Aku menjawab : Ya.
Dia bertanya : Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?
Aku menjawab : Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.
Aku menjawab : Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.
Dia bertanya: Apakah dia pernah berkhianat?
Aku menjawab : Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia melanjutkan : Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.
Aku menjawab : Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia melanjutkan : Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.
Dia bertanya lagi : Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?
Aku menjawab: Tidak.
Selanjutnya Hiraklius berkata kepada
juru terjemahnya : Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu
tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab
mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah
kaumnya.
Ketika aku bertanya kepada kamu apakah
di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak.
Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja,
aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan
nenek-moyangnya.
Lalu aku menanyakan kepadamu tentang
pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang
yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan
memang merekalah pengikut para rasul.
Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah
kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang
dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin
dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada
Allah.
Aku juga bertanya kepadamu apakah ada
seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena
rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman
bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.
Ketika aku menanyakanmu apakah mereka
semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin
bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna.
Aku juga menanyakanmu apakah kamu
sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering
memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya
silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali
kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa
diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan.
Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah
berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. Memang
begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat.
Aku bertanya apakah sebelum dia ada
seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab
tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang
dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang
mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.
Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu?
Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan
shalat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari
sesuatu yang haram dan tercela.
Hiraklius berkata : Jika apa yang kamu
katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan
aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak
menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu
bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu
dengannya.
Dan seandainya aku berada di sisinya,
niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta
pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.
Dia melanjutkan : Kemudian Hiraklius
memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah saw. lalu membacanya.
Ternyata isinya adalah sebagai berikut : Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk
Hiraklius, Penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah
kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran.
Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu
memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam
niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. Jika kamu
berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa
seluruh pengikutmu.
(Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu
kalimah ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia
dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka : Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah).
Selesai dia membaca surat tersebut,
terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu dia
memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan. Lalu aku berkata
kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar, Benar-benar telah
tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya dia benar-benar
ditakuti oleh Raja Romawi.
Abu Sufyan berkata: Aku masih terus
merasa yakin dengan ajaran Rasulullah s.a.w. bahwa ia akan tersiar luas
sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku.
[Hadis 1745 jilid 3 sahih Muslim]
Setelah membaca surat itu, Heraklius menyampaikan bahwa dirinya telah masuk Islam. Namun, perkataannya itu hanya dusta belaka.
Sebenarnya, Heraklius tidak memiliki
alasan untuk tidak masuk Islam setelah meyakini ajaran Nabi. Namun,
dirinya teramat sayang dengan kedudukannya sebagai raja.
5. Kepada Uskup Dhughathir
Selain
mengirimkan surat kepada Heraklius, Nabi juga menulis surat yang
ditujukan kepada uskup terpandang di Romawi, yaitu uskup Dhughatir.
Surat yang diantarkan juga oleh Dihyah tersebut berisi :
“Salam bagi yang beriman. Atas dasar
itu sesungguhnya Isa bin Maryam adalah tiupan roh Allah, terjadi dengan
kalimat-Nya yang benar (haq), disampaikan kepada Maryam yang suci. Aku
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya serta apa yang diberikan kepada para
Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara
mereka, dan kami hanya tunduk patuh kepadanya. Salam yang mengikuti
petunjuk.”
Setelah membaca surat tersebut, sang uskup berkata kepada Dihyah, “Demi
Allah, kawannya adalah seorang Nabi yang diutus. Kami mengenali
sifat-sifat dan namanya semuanya tercantum dalam kitab-kitab kami.”
Uskup tersebut kemudian
menanggalkan keuskupannya yang berwarna hitam dan digantinya dengan
jubah berwarna putih. Dia mengambil tongkatnya, lalu beranjak menuju ke
gereja. Di sana, banyak orang sedang berkumpul. Di hadapan mereka, uskup
berkata, “Wahai segenap orang Romawi, aku telah menerima surat dari
Ahmad yang mengajak kita kepada Allah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Mendengar ucapannya tersebut, orang-orang pun serempak menyerang dan memukulinya bertubi-tubi hingga tewas.
Setelah kejadian itu, Dihyah kembali kepada Heraklius. Kemudian Heraklius berujar, “Aku
sudah memberitahukan kepadamu bahwa kami mencemaskan diri sendiri dan
tindakan kekerasan mereka. Demi Allah, uskup Dhughatir lebih mulia
daripada aku.”
6. Surat kepada Gubernur Al-Mundzir bin Sawa – Bahrain
Nabi Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam mengutus risalah kepada al-Munzir bin Sawa pemerintah Bahrain, menyeru beliau kepada Islam. Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam memilih al-’Ala’ bin al-Hadhrami untuk menyampaikan risalahnya itu, sebagai jawaban al-Munzir telah menulis kepada Rasulullah seperti berikut ;
“Ada pun setelah itu wahai Rasulullah,
sebenarnya telah pun ku baca bingkisan tuan hamba itu kepada penduduk
Bahrain, di antara mereka gemarkan Islam dan kagum dengannya dan
sebahagian yang lain membencinya, di bumi ku ini terdapat penganut
Majusi dan Yahudi, maka berlaku sesuatu hal di sini mengenai seruan tuan
hamba itu.”
Rasulullah s.a.w membalas semula
kepadanya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ”
Dari Muhammad Utusan Allah kepada al-Munzir bin Sawi salam ke atas kamu.
Maka sesungguhnya kepada Engkau Allah, aku memuji yang tiada Tuhan
selainNya dan aku mengaku bahawa Muhammad adalah hambaNya dan
pesuruhNya, adapun selepas itu aku mengingatkan kau dengan Allah
Azzawajala, maka sesungguhnya sesiapa yang menasihat sebenarnya beliau
menasihati dirinya, dan sesiapa yang mentaati ku dan sesiapa yang
menasihatkan mereka bererti telah menasihatiku.
Sebenarnya para utusan ku telah pun
memuji kau dengan baik, sesungguhnya melalui kamu aku memberi syafaat ku
kepada kaum kamu, oleh itu biarlah kaum muslimin dengan kebebasan
mereka dan pengampunan kamu terhadap pesalah-pesalah, maka terimalah
mereka. Sekiranya kamu terus soleh dan baik maka kami tidak akan
memecatkan kamu dari tugas dan sesiapa yang masih dengan pegangan Yahudi
atau Majusinya ianya wajib membayar jizyah.
Berikut Surat-Surat yang ditulis oleh Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam adalah :
- Surat Kepada Negus, Raja Habsyah
- Surat Kepada Abu Sufian
- Surat Kedua Kepada Raja Habsyah
- Surat Ketiga Kepada Raja Habsyah
- Surat Kepada Kaisar Heraklius
- Surat Kepada Khusro Perwez, Maharaja Farsi
- Surat Kepada Hurmuz
- Surat Kepada Wazir Mesir
- Surat Kepada Hauza Bin Ali, Gabenor Yamamah
- Surat Kepada Haris Ghassani, Raja Damishq (Damsyik)
- Surat Kepada Munzir Bin Sawa, Gabenor Bahrain
- Surat Kedua Kepada Munzir
- Surat Kepada Jaifer Dan ‘Abd, Raja Oman
- Surat Kepada Jaifer Waris As’hama Negus
- Surat Kepada Raja-Raja Himyar
- Surat Kedua Kepada Raja-Raja Himyar
- Surat Kepada Farwah, Gabenor Ma’an
- Surat Kepada ‘Amr Bin Hazm Ansari, Gabenor Yaman
- Surat Kepada Ukaidir, Pemerintah Dumatul Jandal
Surat-Surat Dan Perintah Yang Diantar Kepada Amir, Pemimpin Dan Ketua-Ketua berbagai Kabilah Dan Individu
- Surat Kepada Pope Rom
- Surat-Surat Kepada Yahudi Khaibar
- Surat Kepada Budail Bin Waraqa
- Surat-Surat Kepada Puak Aslam
- Surat Kepada Penduduk Persekitaran Tihama
- Surat Kepada Khalid Bin Zimadul Azdi
- Surat Kepada Hilal Bin Umayyah, Amir Bahrain
- Surat Kepada Usaibukht Bin Abdullah, Amir Hajar
- Surat Kepada Bani Abdullah
- Surat Kepada Nahshall Bin Malik, Amir Bani Va’il
- Surat Kepada Rifa’ah Bin Zaid Juzami
- Surat Kepada Bani Asad
- Surat Kepada Amir-Amir Aqabah
- Surat Kepada Penduduk Maqna
- Surat Kepada Penduduk Azruh
- Surat Kepada Amir Hamdan
- Surat Kepada Khalid Bin Al-Walid
- Surat Kepada Musailamah Al-Kazzab (Si Penipu)
- Surat Kepada Muaz Bin Jabal R.A.
- Surat Kepada Jin
- Surat Kepada Zul Ghussa Qais
- Surat Kepada ‘Amr Bin Ma’abad Al-Juhani
- Surat Kepada Bani Zuhair
- Surat Kepada Suhail Bin Amr
- Surat Kepada Puak Khas’am
- Surat Kepada Zamal Bin ‘Amr Aluzri
Wallahu a’lam …….
___________________________________
sumber : daulahislam.com
sumber : daulahislam.com
0 Response to "Inilah Koleksi Surat-Surat Rasulullah kepada Pemimpin Dunia"
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bijak dan sesuai Topik. Dilarang berkomentar yg menyinggung SARA, kata kotor, pelecehan & semisalnya. Admin berhak tidak menampilkan komentar Anda jika melanggar Peraturan. Terimakasih Banyak, Horas!!!!